Sunday, 25 April 2010
Tips mempercepat proses kawin burung kenari
1. Tidak pernah mencampur jantan betina dalam waktu lama. Artinya, selama penjodohan hingga mau kawin, jangan pernah dicampur dalam satu sangkar.
2. Ketika kenari jantan sudah benar-benar gacor dalam kesehariannya, dan betina sudah matang kelamin (kloaka terlihat bengkak memerah) dan sudah menyusun sarang di sangkar lainnya, proses mengawinkan baru dimulai.
3. Jika kondisi sudah seperti yang saya sebutkan di atas, maka pilihlah waktu pagi hari setelah kita selesai bersih-bersih dan memberi pakan semua momongan, masukkan jantan kenari yang sudah siap itu ke sangkar kenari betina.
4. Jika setelah dimasukkan si kenari jantan tidak juga segera mau naik mengawini si betina, ambillah kenari gacor kita yang lainnya, dan dekatkan ke sangkar jantan-betina yang sedang akan kita kawinkan.
5. Begitu melihat pesaing datang, biasanya kenari jantan akan segera “naik” ke atas betina dan terjadilah perkawinan.
6. Biarkan jantan dan betina kenari berduaan sampai sekitar 1 jam. Dalam rentang waktu itu, biasanya terjadi 2-3 kali perkawinan atau lebih.
7. Setelah poin 6 terlampaui, pisahkan jantan dan betina kenari sehingga keduanya tidak saling lihat.
8. Ulangi kesemua langkah di atas selama 3 hari berikutnya. Nah, setelah lewat 4 hari masa perkawinan, kenari jantan dan betina tidak perlu dicampur lagi. Betina akan bertelur dan mengerami sendiri telur-telurnya.
Tips dan info lain:
1. Jika kita mengawinkan kenari jantan dan betina pada pagi hari, maka setelah sekitar 6 jam atau sore harinya, si jantan bisa untuk mengawini kenari betina yang lain, dengan proses sama dengan tips yang saya sebutkan di atas.
2. Jika kenari jantan tidak juga segera gacor merayu betina meski secara umum terlihat sehat atau kenari betina tidak juga matang kelamin meski sudah berusia di atas 7 bulan; atau telor-telor kenari tidak isi dan karenanya tidak bisa menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa memproduksi sperma yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina benar-benar maksimal. Kalau kita ragu bagaimana caranya, pastikan saja kita menggunakan Bird Mature (klik saja untuk melihat profil Bird Mature).
Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.
3. Jika burung-burung kenari anakan kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek, karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa indukannya mengonsumsi Bird Mineral. (klik saja untuk melihat profil Bird Mineral)
Bird Mineral tidak hanya bagus untuk anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral menjadikan bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; burung tidak terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); menjadikan anak burung menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); burung tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi; kematian embrio rendah.
(dikutip dr:omkicau.com)
Saturday, 10 April 2010
Agar terus suka ngicau, stop pakan sebelum kenyang
Ini adalah salah satu kiat perawatan burung harian yang mungkin sudah banyak diterapkan oleh para kicaumania, namun setahu saya tidak pernah dibahas secara detil.
Tulisan ini bertolak dari suatu asumsi (berdasarkan pengamatan atas perilaku burung dan juga manusia, hehehe) bahwa dalam kondisi kekenyangan, burung (dan juga manusia-lah) cenderung malas-malasan. Manifestasi malas2an ini, kalau burung ya nggak rajin bunyi, kalau manusia ya akan segera menuju kamar tidur lantas mendekap guling….
Dalam konteks burung, ada saran dari saya: berikan pakan ketika lapar dan stop pemberian sebelum kenyang (atau kekenyangan). Tapi perlu diingat, bahwa ini adalah pola perawatan bagi mereka yang “sempat” dan bisa konsisten.
Caranya, setelah burung mandi (pada pagi hari, kalau biasa dimandikan pagi) katakanlah jam 7, berikan pakan seperti sediakala. Selepas jam 9, keluarkan wadah pakan. Ini bertujuan agar burung tidak makan melulu setelah itu. Sekitar jam 12, baru wadah pakan dimasukkan lagi. Kalau siang biasanya diberi tambahan jangkrik entah berapa ekor misalnya, ya berikan seperti sediakala. Keluarkan lagi wadah pakan sekitar jam 13. Masukkan lagi pada jam 17-an atau setengah jam sebelum burung masuk peraduan. Dan keluarkan wadah pakan bersamaan dengan Anda mengerodong burung, atau kalau yang tidak biasa kerodong, ya pokoknya keluarkan wadah pakan agar burung tidak makan di malam hari.
Pola di atas memang tidak baku, terserah Anda bagaimana mengaturnya yang jelas tujuannya adalah agar burung tidak makan melulu dan kekenyangan. Burung yang selalu kenyang, selain relatif tidak rajin bunyi, juga gampang menjadi gemuk. Padahal kalau burung kegemukan, pastilah relatif nggak rajin bunyi.
Catatan:
- Pola pengaturan pakan seperti ini berlaku untuk burung dalam kondisi normal (tidak sakit/ mabung; tidak dalam treatment khusus menghadapi lomba dsb) dalam perawatan sehari-hari.
- Pola pengaturan pakan seperti ini mutlak diterapkan kepada burung2 jenis tertentu (dalam kondisi normal untuk perawatan sehari-hari) yang kerjanya kebanyakan makan melulu seperti kenari. Jangan biarkan sangkar kenari Anda selalu ada pakan di dalamnya, karena selama ada pakan, kenari tidak pernah berhenti makan. Atau, cukup letakkan pakan kenari 1 sendok makan (atau bahkan kurang) pada pagi hari (dengan asumsi masih ada sayur/buah, atau kadang malah telor puyuh dsb). Cukupkan itu untuk makan kenari dalam sehari. Kalau sore hari sudah kosong, biarkan saja. Dan baru diberi lagi pagi hari keesokannya.
- Terapkan ini secara konsisten, niscaya burung Anda yang seharusnya rajin bunyi tetapi angin2an, menjadi rajin bunyi.
- (dikutip dr:omkicau.com)
Di mana tempat supit urang penanda jenis kelamin burung berada?
Banyak sekali pengunjung agroburung.com yang mempertanyakan di mana supit urang sebagai salah satu penanda jenis kelamin burung berada? Ya, supit urang atau pubis adalah salah satu organ burung yang bisa digunakan untuk menanda jenis kelamin burung.
Sebagaimana kita ketahui hasil perabaan pada pubis burung bisa memberi petunjuk jantan-betinanya seekor burung. Umumnya, burung memiliki dua tulang pubis (supit urang) pada bagian pinggulnya. Pada musim berkembang biak, tulang pubis burung betina menjadi lebih elastis dan jarak antara kedua tulang pubis tersebut melebar karena pengaruh hormon. Keadaan tersebut dapat dirasakan dengan rabaan tangan. Pada burung jantan, jarak antara dua tulang pubis tersebut sempit. Namun harus dicatat di sini bahwa teknik perabaan hanya dapat digunakan secara lebih meyakinkan bila kegiatan seksual betina sedang aktif; atau minimal burung sudah memasuki usia remaja.
Untuk memperjelas di mana posisi pubis atau supit urang, perhatikan gambar di bawah ini:
Seperti tampak pada gambar di atas, supit urang tersebut ada dua, yakni kiri dan kanan. Atau lebih jelasnya seperti gambar di bawah ini:
Dari gambar di atas bisa keta ketahui kalau dua tulang pubis terletak berdampingan horisontal.
Kesalahan yang biasanya dilakukan ketika menanda tulang supit urang adalah meraba antara tulang pubis dan tulang dada. Oleh karenanya, ada yang mengatakan jarak supit urang anis merah atau anis kembang selebar 1 cm, bahkan ada yang mengatakan 2 cm. Sudah tentu hal itu salah. Sebab untuk burung seperti anis merah misalnya, jarak antara dua supit urang kanan dan kiri kurang dari 1 cm.
Ketika Anda meraba dua tulang supit burung dewasa, maka supit urang burung betina terasa lunak seperti kita meraba tulang rawan. Dan bila kita tekan, kedua supit urang terasa membuka. Sedangkan untuk jantan, kedua supit urang rapat dan terasa keras dan malah terasa runcing di jari kita yang merabanya.
Demikian gambaran posisi tulang supit urang atau pubis pada burung.(dikutip dr:omkicau.com)
Jenis-jenis cacing untuk pakan burung
Cacing saat ini digunakan secara luas oleh para penghobi burung untuk pakan hewan kesayangan mereka. Sebagaimana kita ketahui, cacing adalah hewan tingkat rendah karena tak bertulang belakang (invertebrata). Dalam konteks burung, maka kita akan membahas cacing tanah dan kerabatnya yang biasa diberikan kepada burung. Nah cacing tanah sendiri termasuk kelas oligochaeta dengan famili terpenting dari kelas ini adalah Megascilicidae dan Lumbricidae. Oke, sebelum berbicara lebih jauh tentang manfaat cacing untuk burung, ada baiknya kita berbicara serba sedikit tentang cacing itu sendiri.
Jenis cacing yang paling banyak diternakkan saat ini berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Dan beberapa jenis yang populer antara lain adalah Pheretima, Perionyx dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.
1. Lumbricus. Cacing ini berbentuk pipih dengan jumlah segmen sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Jenis ini sering kalah bersaing dengan jenis lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Namun bila diternakkan, besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
2. Pheretima. Cacing ini bersegmen sampai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen ke 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
3. Perionyx. Cacung ini berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Perionyx termasuk cacing agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.
Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak
Beberapa Manfaat Cacing
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:
1. Bahan Pakan Ternak
Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
2. Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.
Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
3. Bahan Baku Kosmetik
Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.
4. Makanan Manusia
Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam.
Bahan pakan unggas yang berprotein tinggi dan berasal dari hewan biasanya cukup mahal. Cacing tanah merupakan salah satu jawaban di dalam mengatasi kelangkaan masalah protein hewani untuk unggas.
Kandungan protein cacing
Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah.
Apalagi kalau dibandingkan dengan sumber protein dari bahan tanaman, seperti bungkil kedele, bungkil kelapa dan lain-lain, rata-rata kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibanding cacing tanah. Demikian pula susunan asam amino yang sangat penting bagi unggas, seperti arginin, tryptophan dan tyrosin yang sangat kurang dalam bahan pakan yang lain, pada cacing tanah kandungannya cukup tinggi. Kandungan arginin cacing tanah berkisar 10,7% tryptophan, 4,4% tyrosin, 2,25%.
Oleh karena itu cacing tanah mempunyai potensi yang cukup baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70%. Walaupun demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20% total ransum.
Melihat kandungan protein pada cacing ini, maka cacing memang bagus untuk diberikan kepada burung. Burung apa saja, selama mau makan cacing, boleh saja diberi cacing.
Selama ini, burung yang sangat suka dengan cacing adalah anis kembang (AK) dan anis merah (AM). Namun demikian pada prakteknya, cacing juga sering diberikan untuk burung lain selama burung itu suka memakannya. Perlu digarisbawahi bahwa kesukaan burung pada cacing, termasuk masalah “kebiasaan” yang bisa dibentuk atau dilatih. Artinya, burung yang tidak doyan cacing, bisa dilatih sedikit demi sedikit agar mau cacing, terutama adalah burung-burung pemakan serangga dan/atau buah. Sedangkan burung pemakan biji, kebanyakan memang tidak suka cacing.
Sedangkan jenis cacing yang bisa diberikan kepada burung antara lain adalah:
1. Cacing Kristal atau cacing merah (lumbricus rabbelus)
Cacing ini biasa digunakan sebagai pakan ikan louhan, dan sering dijual dalam kantong plastik yang diberi media serbuk sagu dan tanah. Cacing kristal juga biasa digunakan sebagai umpan mancing dan kesukaan ikan-ikan bersisik seperti wader, tawes, lokas, jelawat, grass karp dan mujair. Ikan-ikan rawa juga senang dengan umpan ini di antaranya ikan sepat, betik, gurameh serta ikan oportunis yaitu ikan lele. Cacing ini dapat tumbuh sampai 10-15 cm dan berwarna merah-coklat gelap.
2. Cacing Bayam (eisenia sp)
Cacing ini biasa hidup di pematang-pematang swah atau juga di sayuran yang membusuk sehingga sering disebut cacing bayam. Dapat tumbuh sampai 40 cm panjangnya dan warnanya merah pucat. Selain disuka burung, cacing ini disuka oleh ikan gabus, betutu, jambal, baung dan lele. Karena cacing ini termasuk besar, maka untuk pemberiannya kepada burung perlu dipotong-potong dulu.
3. Cacing Tanah (lumbricus terestris)
Cacing ini di daerah jawa disebut cacing uker, karena biasanya akan melengkung atau mlungker (bahasa jawa) bila dipegang. Cacing ini mempunya segmen-segmen yang jelas, warna hitam gelap sampai abu-abu, hidup di tanah membuat liang mempunyai diameter batang tubuh yang paling besar diantara cacing lainnya dan karenanya juga perlu dipotong-potong dulu untuk diberikan kepada burung.
4. Cacing Fosfor (lumbricus sp)
Cacing ini kalau dipencet akan mengeluarkan getah putih yang sangat lengket di tangan dan karena mengandung phospor, cairan ini akan terlihat menyala di malam hari. Ciri khas cacing ini adalah warna tubuhnya merah kecoklatan. Cacing ini termasuk lincah gerakannya sehingga kadang perlu dimatikan (dengan dipukul-pukulkan ke kayu) sebelum diberikan kepada burung. Cacing jenis banyak dibudidayakan untuk digunakan sebagai bahan baku obat. Cacing ini dapat berukuran sampai 30 cm. (Sumber:poultryindonesia.com, alfaqirbinmiskin.blogspot, dan beberapa sumber lainnya).
(dikutip dr:omkicau.com)
Cara memaster burung memakai kaset/CD yang efektif
Cara memaster burung yang paling efektif memang memakai suara isian asli entah itu burung jenis lain, belalang, jangkrik dll. Namun, memaster dengan kaset/cd akan memberikan hasil yang lebih bagus jika kita memasternya dengan benar. Memaster burung pakai suara kaset/cd jelas lebih praktis. Hanya saja, selama ini banyak di antara kita yang memasternya secara salah sehingga burung yang kita master malah drop (takut suara master); atau suara pelan nyaris kayak ngriwik; atau membuat stres orang yang mendengar suara masteran dari tape recorder secara terus-menerus dll.
Untuk itu perlu dilakukan cara-cara sbb:
Jika Anda punya kaset masteran, maka putarlah kaset masteran (suara burung/jangkrik/belalang atau apapun) itu sekitar 20 hitungan (l.k. 20 detik) setelah itu pencet panel rec./recording selama 15 menit (artinya, suara selama 15 menit berikutnya dihapus/dikosongkan), setelah itu lepas panel rec./recording, dan biarkan berbunyi lagi selama 20 hitungan, dan setelah itu pencet lagi panel rec./recording selama 15 menit, begitu seterusnya sampai 1 side kaset habis. Kaset dibalik, dan lakukan hal yang sama untuk side itu.
Dengan memiliki kaset masteran seperti itu, maka jika kita putar pakai tape recorder, suaranya tidak akan terdengar terus-menerus, tetapi hanya bunyi sekitar 20 detik dan setelah itu diam untuk waktu 15 menit, bunyi lagi 15 detik, diam 20 menit, begitu seterusnya. Kalau Anda memutarnya menggunakan tape recorder yang diset nonstop seharian, maka dengan memutar seharian pun burung tidak akan stres. Begitu pula orang yang berada di rumah tidak merasa terganggu. Dan menurut pengalaman, justru suara masteran semacam itu lebih efektif.
Kalaupun diputar keras-keras (mutlak perlu agar burung yang diisi juga bisa “teriak” ketika mengeluarkan suara sang master dan tidak hanya ngriwik), maka tidak akan mengganggu orang sekeliling yang mana itulah kendala utama kita ketika harus memaster burung dengan kaset di rumah.
Untuk CD pun, pakailah suara CD yang sudah diformat demikian (15 detik bunyi, 15 menit diam).
(dikutip dr:omkicau.com)
Cara kirim atau bawa burung dengan pesawat udara
Tata caranya sebagai berikut:
1. Pergi ke Dinas Peternakan setempat (sesuai KTP pendaftar), sampaikan niat Anda untuk kirim burung. Nanti di tempat itu Anda akan diminta mengisi formulir yang sudah tersedia, antara lain jenis burung, jumlah dsb… Di sini tidak ada tarif baku pembayaran. Ya sifatnya sukarela. Bisa 10.000 atau 20.000 tergantung kedermawanan Anda hehehe. (Prosesnya sangat simpel dan cepat).
2. Urusan dengan Dinas Peternakan selesai, Anda berangkat ke Bagian Karantina Hewan di Bandara tempat Anda mau mengirim burung. Di tempat ini Anda akan mendapatkan secarik surat keterangan (surat karantina) dengan biaya per ekor burung tergantung kebijakan kantor setempat. Biasanya sekitar Rp. 3.000 s/d Rp. 5.000 per burung. (Proses sangat simpel dan cepat).
3. Setelah urusan selesai, Anda bisa membawa burung dan surat keterangan itu ke Bagian Cargo Bandara untuk pengurusan pengepakan dan sebagainya. Biaya pengiriman dihitung berdasar volume tempat burung yang Anda gunakan.
4. Untuk pengiriman via jasa paket udara (di cargo) Anda harus siap berkoordinasi dengan penerima burung di Bandara tujuan pengiriman (teman, pembeli dsb) untuk menjemput burung di bandara.
Pada saat di Bagian Cargo, Anda akan mengisikan nama dan alamat penerima barang. Dengan membawa KTP atau identitas lain, si penerima bisa menunjukkan identitas dirinya ketika mau mengambil burung di bandara tujuan.
Dengan demikian, untuk setiap kali pengiriman Anda harus memastikan pesawat apa yang digunakan untuk pengiriman, jam kedatangannya di bandara tujuan dsb-dsb sehingga begitu burung mendarat di Bandara, teman atau pembeli burung sudah ada di sana sehingga burung tidak perlu berlama-lama di gudang cargo (bisa KO bila kelamaan).
Sedangkan jika Anda juga terbang bersama pesawat pembawa burung, maka nanti Anda sendiri yang akan mengambilnya dengan menunjukkan identitas diri sesuai dokumen pengiriman burung.
Tips:
1. Siapkan burung dengan packing yang kuat tetapi berlubang sehingga burung bisa bernafas dengan leluasa. Usahakan volume wadah burung yang cukup untuk burung tetapi tidak terlalu besar sehingga bisa menekan biaya.
2. Siapkan pakan padat misalnya pisang atau kates untuk burung pemakan buah, sayur untuk burung pemakan sayur dan canary seed (misalnya burung kenari), kroto atau jangkrk yang sudah dihilangkan kakinya untuk burung yang nggak doyan buah atau sayuran serta bijian.
3. Pilih pesawat dengan penerbangan paling awal, sebagai persiapan jika terjadi penundaan pemberangkatan sehingga ada kemungkinan burung tetap terkirim hari itu juga.
4. Pastikan jalur penerbangan yang Anda gunakan aman dari kemungkinan penundaan penerbangan.
5. Jika Anda mengirim tanpa menyertai penerbangan pesawat pembawa burung, pastikan penjemput burung langsung menuju ke Gudang Cargo penerimaan barang begitu pesawat mendarat.
6. Berdoa semoga burung selamat sampai tujuan. Hehehe…pasti dong.
(dikutip dr:omkicau.com)
Jika burung Anda megap-megap…
Jika burung Anda tersengal-sengal sulit bernapas, bisa jadi hal itu disebabkan oleh serangan malaria unggas, meskipun penyakit yang lain juga bisa menyebabkan burung megap-megap sulit bernapas. Memang, penyakit burung banyak sekali macamnya dengan gejala yang variatif. Salah satu penyakit bangsa burung adalah apa yang disebut sebagai malaria unggas. “Binatang” apakah itu?
Berdasar tulisan tentang “Apa Itu Malaria Unggas” yang dimuat di www.poultryindonesia.com, saya turunkan tulisan ini yang saya sesuaikan dengan keperluan perawatan burung. Saya sebenarnya ingin menunjukkan link langsung ke tulisan di situs tersebut, tetapi ternyata sudah tidak ada karena terjadi perubahan tampilan pada www.poultryindonesia.com dan arsip di situs itu tentang tulisan ini juga sudah tidak ada. Beruntunglah saya bisa menyimpannya sekitar dua tahun lalu, sebelum “gudangnya” dibongkar dan sejumlah arsip di dalamnya dihilangkan. Dengan sedikit pengayaan berdasar pengalaman pribadi, saya turunkan tulisan tentang malaria unggas ini untuk Anda.
Banyak minum
Kemunculan malaria unggas bisa dipicu oleh suhu dan kelembapan yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan burung banyak minum untuk menurunkan suhu tubuhnya, sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya kondisi wet litter (kotoran basah) dan memicu munculnya kasus Luekocytozoonosis.
Leukocytozoonosis kerap disebut penyakit malaria pada unggas, karena disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) yang bersifat parasit dan hidup di jaringan maupun sel-sel darah. Menurut Slamet Riyadi (1985), pada iklim tropik penyakit ini bisa terjadi sepanjang tahun. Malaria unggas tersifat dengan ditandai datangnya serangan yang tiba-tiba, anemia, limpa dan hepar membengkak diikuti dengan kematian. Mortalitas pada outbreak yang akut dapat mencapai 10 – 80%.
Burung yang muda lebih peka, namun biasanya jarang terjadi pada burung sampai umur 6-8 minggu. Protozoa penyebab penyakit ini adalah Leukocytozoon dan sebagai hospesnya adalah bangsa burung. Yang biasa menyerang pada burung adalah L. caulleryi, L. sabrazesi dan L. adrewsi. Seperti halnya protozoa yang lain, luekositozoon juga mengalami beberapa stadium perkembangan. Perkembangan seksual dan fertilitas dari leukositozoon terjadi dalam tubuh vektor yaitu Cullicoides sp. dan Simulium sp. yang juga berperan sebagai penyebar penyakit ini.
Gejala Penyakit
Burung yang terserang mengalami kelemahan umum, demam, merosot nafsu makan, lesu dan pincang atau paralysa (kelumpuhan). Serangan penyakit yang tiba-tiba outbreak dan akut dan banyak menghasilkan variasi lesi, tetapi yang utama adalah pendarahan berbintik pada otot, jendalan darah dalam rongga perut, pendarahan hati, kepucatan dan anemi berat, kerusakan sel-sel darah putih (luekositosis), limpa dan hepar membesar. Pada anemi yang parah, burung akan tampak sulit bernafas (tersengal-sengal atau megap-megap), disebabkan jumlah parasit yang ada di dalam dinding kapiler paru-paru meningkat.
Burung bisa muntah, kotoran (feses) berwarna kehijauan dan mati akibat pendarahan. Bila peradangan sudah sampai otak maka unggas menunjukkan gerakan yang tak terkoordinir.
Mortalitas akan tinggi pada kasus akut dan subakut. Kematian akan mulai terjadi satu minggu pasca infeksi, sedang burung yang bertahan hidup pertumbuhan akan terhambat dan produksinya menjadi rendah. Biasanya burung diserang penyakit ini secara bertahap.
Diagnosa
Infeksi Leukocytozoon dapat didiagnosa melalui pengamatan mikroskopik pada preparat apus darah yang dicat dengan giemza. Baik sel darah merah maupun sel darah putih bisa terinfeksi. Burung yang dicurigai terserang penyakit ini, gambaran darahnya akan tampak adanya protozoa tersebut, khususnya perkembangan dari protozoa stadium infektif. Selain itu, melalui uji mikroskopik dapat juga digunakan untuk mengetahui meluasnya jaringan yang rusak dari organ-organ seperti hepar, limpa, otak dan paru-paru.
Pencegahan dan kontrol
Sebagai upaya pencegahan terhadap outbreak yang akut, khususnya yang disebabkan oleh L. caulleryi, dapat digunakan golongan sulfa, seperti Sulfaquinoxaline (0,005%) atau Sulfadimetoxine (0,0025%) dicampur dalam makanan atau air minum. Bisa juga digunakan Pyrimethamine (0,00005%) atau Clopidol (0,0125 – 0,025%) dalam makanan, tetapi hanya diberikan sampai umur 18 minggu.
Kontrol diutamakan terhadap terjadinya kontak langsung antara vektor serangga dengan hospes. Penyemprotan dengan insektisida pada tempat-tempat yang diduga sebagai sarang vektor dapat sedikit membantu, meskipun belum bisa dikatakan sebagai tindakan pencegahan yang tuntas dan menyeluruh.
Pengobatan
Di dalam tulisan asli tentang “Apa Itu Malaria Unggas” tidak disebutkan bagaimana cara pengobatan penyakit ini. Tetapi karena dalam upaya pencegahan disebutkan adanya beberapa golongan sulfa yang bisa mengatasi L. caulleryi, maka untuk pengobatannya saya (penulis-Duto Sri Cahyono) menduga (mohon dicatat, ini sekadar dugaan saya pribadi yang jelas-jelas bukanlah ahli dalam ilmu kesehatan hewan) bahwa golongan sulfa di atas juga bisa untuk pengobatan.
Yang lebih penting lagi, ketika burung Anda menunjukkan gejala-gejala serangan malaria unggas, maka akan lebih baik kalau selain diobati dengan obat-obatan unggas yang beredar di pasaran (cari yang dalam komposisinya terdapat golongan sulfa), maka sendirikan burung tersebut. Gantang di tempat yang sirkulasi udaranya baik dan perlakukan secara khusus.
Suplemen yang mengandung vitamin A dan K, saya sarankan diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Saran penggunaan vitamin A dan K ini saya sampaikan berdasarkan referensi dari “Tips Pengobatan Koksidiosis” yang dulu juga dimuat di www.poultryindonesia.com (saya sebut “dulu”, karena arsip tentang tulisan ini saya lihat juga sudah tidak ada di situs tersebut). Di sana disebutkan, dalam pengobatan unggas yang terserang koksidiosis bisa diberikan vitamin A dan K untuk mempercepat penyembuhan.
Pengalaman pribadi
Saya juga ingin menyampaikan tips kecil bagaimana menambah daya tahan burung ketika mulai terserang penyakit (karena penyebab apapun) sebelum burung benar-benar sakit dan tidak mau makan lagi (relatif terlambat karena kita diharuskan melolohkan obat agar masuk ke tembolok/perut burung).
Burung yang menunjukkan gejala terserang penyakit seperti lesu, berkurang nafsu makannya, berak encer (padahal biasanya tidak), kotoran berubah warna dari warna biasanya, dan sebagainya, saya biasa memberikan multivitamin suplemen yang biasa dikonsumsi manusia.
Di pasaran, banyak beredar suplemen tersebut. Untuk jumlah penggunaannya, sesuaikan saja dengan berat tubuh burung. Dikira-kira saja berapa berat badan burung, misalnya seperduaratus berat tubuh manusia normal, maka jumlah suplemen yang diberikan ya sebanyak aturan pakai untuk manusia dibagi dua ratus, dan ketemunya sekian gram dan sebagainya.
Perlu saya sampaikan bahwa tips ini berdasar pengalaman dan belum pernah dibuktikan secara klinis medis-laboratoris. Oleh karenanya, saya tidak bertanggung jawab secara hukum ataupun finansial apabila tips yang saya sampaikan tidak manjur atau malah menimbulkan masalah pada burung Anda.
Yang jelas, saya bertanggung jawab secara moral meski sesungguhnya pertanggungjawaban moral bukanlah hal yang ringan karena bisa menimbulkan beban moral untuk saya. Karena hal itulah saya hanya akan menyampaikan nama/merk suplemen yang biasa saya gunakan dan bagaimana cara penggunaannya hanya kepada mereka yang menanyakannya secara pribadi (melalui PM, telepon atau email).
Atau sebaiknya abaikan saja tentang pengalaman saya itu dan fokuskan saja pada bahasan sebelumnya yang saya tulis berdasar referensi yang jelas.
Sebelum saya tutup tulisan ini, saya akan memberikan sedikit catatan tentang wet litter (kotoran basah). Kotoran basah pada burung bisa disebabkan oleh adanya penyakit tetapi ada juga yang disebabkan oleh penggunaan voor jenis tertentu.
Berdasarkan pengalaman saya, di pasaran ada voor yang menyebabkan kotoran burung terlihat berair (wet litter), sedangkan yang lainnya sebaliknya (kering/ cepat kering). Kedua “jenis” voor itu sama-sama bagus dalam hal komposisi maupun pengaruhnya pada burung.
Hal yang perlu saya tegaskan adalah bahwa ketika Anda menjumpai kotoran burung terlihat selalu berair/ basah, bisa jadi itu adalah kondisi normal/ bukan karena penyakit tetapi hanya karena penggunaan voor merk tertentu. Oke, kali lain saya akan menurunkan tulisan tentang voor berdasarkan pengalaman saya sendiri dan sejumlah kicaumania di Solo. Jadi, ikuti terus ya KM kita…..
(dikutip dr:omkicau.com)
Kandang penangkaran burung
Tetapi sesungguhnya kandang penangkaran tidak ada yang ideal sebab semuanya diawali dengan kondisi yang ada saja. Bisa jadi Anda punya bekas kamar mandi, kamar kost-kostan dsb yang bisa disulap jadi kandang penangkaran. Yang penting, sirkulasi udara cukup dan syukur2 dapat sinar matahari pagi.
BAGIAN DALAM
Keterangan:
A + B = lokasi untuk penempatan sarang; dalam satu kandang bisa diberi dua atau tiga tempat biar burung memilih sendiri mau bersarang di mana.
C = Atap tertutup
D= Atap terbuka (digunakan kawat strimin)
E= Wadah air (untuk mandi)
F= Lokasi/wadah pakan/air untuk minum
G=Tangkringan
Panjang x lebar x tinggi:
1. Untuk murai batu, anis merah, anis kembang dll burung ukuran sedang, disesuaikan dengan lebar kawat strimin di pasaran sehingga tidak repot mengerjakannya ==> panjang dan lebar = 90 cm; tinggi 180 cm.
2. Untuk cucak rowo, jalak bali dsb ukuran bisa dua kali dari ukuran di atas.
3. Kandang untuk penangkaran secara koloni spt LB, gelatik, parkit dll disesuaikan.
Bahan:
Sebenarnya bahan bisa dari apa saja asal kuat.
Batas samping kanan-kiri dan belakang = dinding/ tembok atau papan yang tahan lama dsb.
Atas = bagian yang tertutup bisa langsung di atasnya adalah genting dengan semua bagian kandang sudah tertutup kawat strimin.
Tangkringan = kayu asem, kayu jati serutan dll yang penting keras, dengan diameter sekitar 2 – 3 cm.
Papan tempat pakan (F) kayu yang kuat.
TAMPAK DEPAN
Keterangan:
A. Kawat strimin sehingga burung bisa terlihat dari luar untuk pengecekan.
B. Jendela untuk keluar masuk tangan mengganti air minum dan pakan.
C. Papan/tembok tertutup
D. Pintu untuk keluar masuk orang.
KOTAK SARANG
Berikut ini adalah kotak sarang, khususnya untuk burung seperti JS atau MB (kalau MB dengan ukuran lebih pendek). Bahan dari kayu yang kuat:
Untuk kotak seperti itu, jika digunakan untuk MB atau AK misalnya, ukuran bisa lebih kecil. Tetapi, untuk MB, AK dsb, dia lebih suka kalau untuk wadah sarang adalah yang menggunakan bambu dengan diameter 15 cm-an, seperti di bawah ini:
Keterangan:
Untuk diameter bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk pemasangan, bisa dipakukan ke tembok/dinding. Dalam satu kandang bisa diberi dua atau tiga buah agar burung milih mau tinggal bersarang di yang sebelah mana.
Sementara itu untuk wadah sarang CR atau jalak bali , bisa digunakan wadah sarang seperti di bawah ini:
Selain itu ada wadah sarang alternatif yang juga disukai cucar rowo (CR) yang terbuat dari kelapa tua yang dibelah jadi dua dan diambil dagungnya dan tempurungnya, seperti di bawah ini:
KERANGKA SARANG DAN PAKAN ANTI-SEMUT
Untuk tempat sarang dan juga tempat pakan anti-semut, bisa dibuatkan kerangka tersendiri seperti di bawah ini:
BAHAN PENYUSUN SARANG:
Di dalam kandang juga perlu disiapkan bahan penyusun sarang berupa merang atau daun cemara/pinus. Sebagian dimasukkan ke kotak wadah sarang untuk merangsang burung membikin sarang dan sebagian besar lainnya diletakkan di lanyai kandang di tempat yang kering.
(dikutip dr:omkicau.com)
Burung pentet suka salto
Hanya saja, kita tidak perlu merisaukan pentet yang suka salto. Sejumlah pentet jawara juga suka salto, bahkan begitu selesai salto, biasanya keluar tembakan2nya. Selama burung rajin bunyi, salto2 nggak apa2. Begitu salto lalu nembak2, salto-nembak2…., kalau jadi pola, malah bagus. Kalau Anda merasa risih melihat pentet salto2, ya kalau mendengarkan tidak usah sembari dilihat. Dengarkan saja, dan percayalah, kalau dia rajin bunyi dengan tembakan2 yang dahsyat, ke lomba pun OK.
Kalau soal galaknya, bisa dikurangi dengan rajin menyemprotnya. Untuk mengurangi makanan ekstra (jangkrik dsb) berisiko membuat pentet nggak lagi rajin bunyi.
Pentet galak cuma bikin pusing kalau kita pas mau mengganti minum-pakan karena sering mematuk. Setelah itu ya, nggak ada masalah. Makanya, kalau mau memasukkan tangan, kasih dulu jangkrik itu pentet. Dengan paruh berisi jangkrik, biasanya dia nggak akan mengejar tangan kita yang masuk ke sangkar. Cuma perlu dibedakan antara galak dan birahi. Kalau birahi, belum tentu galak, tetapi selalu nabrak2 pengin ngejar jika ada orang lewat.
Untuk menguranginya, juga bisa main spray dg air. Coba saja ditreatment, dalam dua-tiga hari, biasakan lewat dekat pentet sembari membawa semprotan air. Begitu dia teot-teot mengejar/turun pas Anda lewat, semprot dg air. Begitu terus nanti dia akan “kapok” dan nggak negjar2 lagi kalau ada orang lewat. Juga, jangan biasakan memberi jangkrik/makanan lain, langsung dengan menyodorkan di tangan. Hal itu membuat burung terbiasa bermanja dan akan turun dari tangkringan begitu orang (terutama yang biasa ngasih makan dengan cara menyorongkan) lewat.
(dikutip dr:omkicau.com)
Kenali cucak ijo semiran dan beda jantan betina CI anakan
Belum lama ini seorang teman mengeluh karena ternyata telah membeli cucak ijo semiran. Cucak ijo semiran adalah cucak ijo betina yang disemir hitam pada bagian bulu bawah paruh/kerongkongan sehingga terlihat seperti jantan.
Dia tidak menyangka kena tipu karena ketika dia lihat di pasar, burung tersebut sangat gacor dan bunyinya juga variatif seperti cucak ijo (cucak hijau) jantan. Hanya saja setelah 3 hari di rumah dan beberapa kali mandi, ada warna hitam yang mulai luntur. Ketahuanlah ternyata itu adalah cucak ijo betina yang disemir hitam.
Selain cucak ijo, burung lain yang sering disemir untuk mengelabui pembeli adalah kacer (baik kacer kitam maupun kacer poci). Penyemiran memang membuat penghobi yang terlalu bernafsu membeli burung akan tertipu.
Namun sebenarnya ada cara paling mudah untuk membedakan apakah burung itu semiran atau tidak. Burung semiran, serapi apapun penyemirannya, akan terlihat hitam legam tetapi tidak berkilau (warna dof). Selain itu, kalau Anda membeli burung yang ada kemungkinan semiran, minta ijin saja untuk dicek sexara cermat.
Ya sama dengan tadi, serapi apapun penyemiran dilakukan, maka pasti ada bagian kulit di bawah bulu hitam semiran yang tersaput warna hitam semir. Jika bulu hitam burung itu adalah aseli, maka tidak akan pernah ada percikan warna hitam di bagian kulit di bawahnya. Perhatikan pula, serapi apapun penyemiran, juga pasti ada bagian pangkal bulu yang masih berwarna aseli (ijo untuk cucak hijau betina dan abu-abu untuk kacer betina).
Cucak ijo anakan
Di luar masalah semiran, ada masalah lain yang sering ditemui para penghobi burung, yakni membedakan cucak ijo anakan yang jantan dan betina.
Seperti pernah ditulis seorang teman di forum kicaumania.org, Jo_Qplie (Om Bambang Weleri), yang mengutip Tabloid Agrobis Burung, membedakan jantan dan betina burung cucak ijo apalagi masih anakan memang gampang-gampang susah.
Sebab, saat cucak hijau masih muda/trotolan sekitar umur 2-4 bulan, selain bentuk fisiknya nyaris sama, bulunya pun warnanya sama hijau muda. Serta ada warna kuning, di bawah paruh sampai leher. Dan sepertinya, tidak ada ciri khusus yang membedakan antara yang jantan dan betina.
Namun bagi mereka yang sudah bertahun-tahun menekuni cucak hijau akan sangat mudah melihat perbedaannya baik masih bakalan apalagi saat dewasa. Ada beberapa cara jitu untuk melihat perbedaan jantan dan betina. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat membeli bakalan cucak hijau dipasar burung maupun di pengepul.
Pertama, bakalan jantan, jika masih berumur di bawah 4 bulan maka alis yang melingkar di kedua di matanya berwarna kuning. Jika alis matanya berwarna putih, betina.
Kedua, warna paruh bagian bawah, kalau jantan berwarna coklat tua. Sedangkan yang betina berwarna putih.
Ketiga, jika bakalan sudah berumur di atas 4-6 bulan, maka betina akan berwarna kuning di bagian leher, kemudian akan berubah menjadi warna putih kehijauan. Sedangkan jantan, warna kuningnya akan dipenuhi trotol-trotol hitam. Pada dua bulan berikutnya, warna hitam itu akan tampak lebih jelas pada bagian leher/bawah paruh.
Seiring dengan bertambnya umur, warnua hitam di leher bawah, akan terus menutup sampai di bawah matanya.
(dikutip dr:omkicau.com)
Menangkar burung cucak ijo
Sebenarnya ada beberapa penangkar cucak ijo yang sudah sukses. Di web kicaumania.org misalnya pernah Om Bambang Is Malang (Moderator Breeding Kacer/Burung lain KM) bercerita tentang sukses dia menangkarkan cucak ijo. Juga Om Arkum2x (Moderator Breeding KM) yang bercerita melakukan eksperimen breeding cucak ijo di tempat temannya.
Hanya saja, karena secara ekonomi menangkar cucak ijo tidak menguntungkan, maka banyak yang ditinggalkan. Para penangkar lebih suka menangkar murai batu, cucakrowo, kenari atau lovebird.
Sedangkan cerita yang ingin saya sampaikan adalah kisah sukses menangkar cucak ijo yang pernah dilakukan Lintang Songo BF Solo. Tetapi ya itu, karena “tidak ekonomis”, maka Lintang Songo BF hanya menangkarkan jalak bali, cucakrowo dan murai batu. Dalam sejarah perjalanannya, Lintang Songo BF sukses menangkarkan jalak suren, jalak putih, kacer, anis kembang dan cucak ijo. Khusus untuk cucak ijo, hanya beranak sampai dua kali dan setelah itu ditinggalkan. Penangkaran lain seperti jalak suren, jalak putih, kacer dan anis kembang juga ditinggalkan. Yang bertahan dan dikembangkan serius adalah jalak bali, dan cucakrowo. Sedangkan murai batu, hanya disisakan satu indukan bagus, Hercules dengan betina anakan dari Alpacino.
Kandang, indukan, penjodohan
Untuk memilih indukan jantan, pilih saja cucak ijo yang sehat, tidak cacat fisik dan gacor dengan perkiraan usia di atas 2 tahun. Sedangkan betinanya, bisa dipilih yang usia di atas 1 tahun, mulus dan sudah mau bunyi kalau didekatkan dengan cucak ijo jantan. Pilihlah jantan dan betina yang jinak, dalam arti tidak takut lagi dengan manusia. Soal asal cucak ijo, pilih sesuai keinginan Anda. Bisa asal Sumatera, Blora, Jember, Banyuwangi atau dari manapun.
Setelah calon indukan dipilih kemudian kita melakukan proses penjodohan. Proses penjodohan bisa dilakukan dengan kandang penjodohan, yakni sangkar bersekat yang sekatnya bisa kita ambil sewaktu-waktu. Jika tidak punya sangkar sekat, bisa gunakan sangkar harian biasa.
Penjodohan dilakukan dengan selalu menempelkan sangkar si jantan dan betina berdempetan. Dengan posisi ini, maka jantan yang sudah birahi pada tahap awal akan selalu berkicau mengarah si betina. Si betina juga akan menanggapi dengan siulan-siulan khas betina. Jika belum mau berjodoh, betina akan menghindar dengan cara menjauh dan bersikap cuek. Proses penjodohan ini bisa berlangsung lama atau sebentar tergantung dari kondisi birahi masing-masing.
Ada baiknya dalam proses penjodohan ini kita memperhatikan apa yang pernah disampaikan Om Arkum. Dia mengatakan bahwa dalam tahap penjodohan, dia biasanya melihat dulu apakah burung secara umur sudah siap atau belum, kemudian sudah birahi atau belum. Faktor birahi sangat mempengaruhi proses penjodohan, cepat atau tidak dan berantem atau tidak dan ini juga di pengaruhi umur burung. “Trik yang sering saya pergunakan untuk menjodohkan burung adalah dengan kandang sekat. Jadi suatu saat untuk melihat jodoh atau tidak, saya tinggal menarik pembatas kandang sekat yang ada di tengah,” katanya.
Untuk membuat burung cepat jodoh, dia biasanya melakukan hal sebagai berikut:
1. Hari pertama diberi EF yang lebih dari biasa, misal jantan betina diberi masing-masing 10 ekor jangkrik dan 10 ekor cacing dengan tujuan agar keduanya terpacu birahinya.
2. Hari kedua, jatah jantan tetap dan jatah betina dikurangi, misal 10 : 5, hal ini ditujukan untuk tetap menjaga birahinya
3, Hari ketiga jatah jantan ditambah dan jatah betina dihilangkan. Tujuannya pada saat si jantan birahi, dia akan memainkan EF di mulutnya, dan pada saat yang bersamaan si betina kelaparan karena tidak mendapat jatah makan, sehingga si betina akan berusaha meminta jatah makan dari si jantan.
Proses ini bisa dilanjutkan untuk beberapa hari ke depan. Lamanya tergantung burung itu sendiri, bisa sehari, 2 hari atau mungkin 1 bulan belum jodoh.
Proses penjodohan seperti itu pula yang dilakukan Mas Samino di Lintang Songo BF Solo. Proses penjodohan ini dilakukan selama hampir sebulan sampai jantan betina mau bercampur tanpa tarung lagi.
Untuk mengetahui apakah mereka bisa akur atau tidak, sesekali mereka dicampur terutama di saat dimandikan di karamba. Kalau mereka tidak tengkar, maka bisa dicoba dijadikan satu. Kalau masih ada tanda-tanda bertengkar, maka perlu dipisah lagi. Lakukan hal itu sampai burung benar-benar mau dikumpulkan jadi satu tanpa saling serang.
Sekadar tips dari saya, jika burung Anda sulit atau lama berjodoh, maka Anda bisa menggunakan BirdMature. BirdMature adalah produk untuk meningkatkan birahi burung secara cepat, terutama untuk burung-burung penangkaran. BirdMature sudah teruji di kandang penangkaran lovebird punya Om Dwi, DT BF Jogja, dan penangkaran murai batu Black BF Cilacap.
Setelah penjodohan selesai, maka kedua burung langsung dimasukkan ke kandang penangkaran.
Manajemen pakan penangkaran cucak ijo
Untuk persoalan penyediaan sarang dan sarana-prasarana lain, Anda bisa melihatnya lagi di artikel Kandang penangkaran burung. Sementara untuk penangkaran dengan sangkar gantung, meski sudah berhasil bertelur seperti yang dilakukan Om Angin Jakarta, tetapi belum ada informasi apakah sudah bisa menetas (sudah terjadi perkawinan, mengeram tenang dan menetas). Sedangkan untuk masalah pakan, burung cucak ijo bisa saja diberikan dengan pola standar berupa voer, serangga, cacing dan buah-buahan. Namun demikian pemberian pakan untuk burung penangkaran harus lebih banyak porsinya ketimbang burung untuk peliharaan harian.
Hanya saja, perlu diingat, pemberian asupan yang tidak seimbang justru akan memperlama proses produksi. Penggunaan voer untuk ayam broiler misalnya, memang meningkatkan jumlah protein, tetapi pada saat yang sama jumlah lemaknya pun banyak. Padahal, burung penangkaran yang kegemukan, akan sulit bereproduksi dengan baik. Begitu juga dengan voer yang biasa digunakan untuk burung kicau harian, secara umum sudah baik, namun kandungan mineralnya seringkali tidak bisa kita pastikan karena banyak voer yang dijual tanpa disertai keterangan komposisi isi yang memadai. Dalam kaitan inilah saya menyarankan ke beberapa penangkar untuk memberikan multi vitamin dengan komposisi yang pas untuk burung.
Multivitamin yang bagus setidaknya mengandung vitamin utama, yakni A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3; zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D Pantothenate. Untuk referensi ini, silakan baca tentang produk BirdVit.
Pada saat yang sama, burung di penangkaran membutuhkan mineral yang komplit dan seimbang. Unsur Ca dan K misalnya, harus benar-benar tercukupi sehingga proses pembuatan cangkang telur bisa berlangsung dengan baik. Lebih dari itu, kekurangan mineral pada burung akan menyebabkan beberapa kendala dalam penangkaran, antara lain bulu lemah, tidak mulus, kusam; terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); paralysa (lumpuh); perosis (tumit bengkak); anak burung mati setelah menetas; mengalami urat keting (tendo); terlepas sendinya, tercerai (luxatio); paruh meleset, kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; tidak juga segera bertelur, telur kosong, produktivitas rendah, dan daya tetas rendah, serta kematian embrio tinggi. Untuk menghindari hal itu, ada baiknya Anda mengetahui masalah mineral burung.
Masa mengeram
Seperti halnya penangkaran burung pada umumnya, cucak ijo membutuhkan lingkungan yang tenang. Paling tidak, harus terbebas dari gangguan predator (kucing, tikus dll). Sementara untuk menghindarkan burung dari serangan penyakit yang berasal dari parasit, maka Anda harus memastikan kandang yang relatif bebas parsit dan serangga pengganggu seperti semut dan kecoak.
Parasit pengganggu burung di penangkaran ada macam-macam. Jika tidak ditangani secara serius, maka akan menyebabkan betina tidak nyaman dalam mengeram. Akibatnya, burung tidak tenang dan selalu turun dari sarang. Jika ini berulang terjadi, maka dipastikan telur tidak bisa menetas karena tidak mendapatkan suhu pengeraman yang stabil. Kadang-kadang, gangguan parasit juga menyebabkan indukan berlaku agresif dan bisa mengobrak-abrik sarang, makan telur sendiri, dan lain-lain.
Selama masa mengeram, ekstra fooding perlu dikurangi dengan tujuan agar kedua burung tidak naik birahinya yang juga sering menyebabkan mereka berlaku agresif baik terhadap pasangan amupun terhadap telur yang sedang dierami.
Setelah usia pengeraman 14 hari, maka telur burung cucak ijo akan menetas. Untuk mengantisipasi masa menetas, maka mulai hari ke-12 pengeraman, Anda perlu meningkatkan jumlah ekstra fooding dan menyediakan kroto sebagai pakan pertama yang akan diberikan indukan kepada anakannya.
Manajemen anakan
Jika telur telah sukses menetas, maka anakan cucak ijo bisa Anda petik antara usia 5-10 hari. Kalau kurang dari 5 hari, kondisi burung terlalu lemah dan kadang menyulitkan kita untuk menyuapkan pakan. Sementara jika lebih dari 10 hari, burung sudah takut dengan manusia. Akibatnya, mereka takut disuapi dan pada saat yang sama mereka belum bisa makan sendiri. Selanjutnya, ya bisa mati-lah anak-anak cucak ijo.
Anak-anak cucak ijo bisa Anda letakkan di wadah apa saja yang penting ada landasan dengan bahan yang sama dengan yang dibuat untuk membuat sarang di kandang penangkaran. Untuk landasan teratas bisa kita beri kapas agar lembut dan tidak melukai anakan burung. Anakan di wadah khusus itu kemudian bisa Anda letakkan di dalam kotak kayu atau kotak apa saja, dengan diberi lampu penghangat.
Sedangkan untuk pakan anakan cucak ijo yang diambil pada usia 5-10 hari, Anda bisa menyiapkan kroto yang benar-benar bersih dari kotoran dan bangkai semut. Suapkan perlan-pelan dengan alat suap yang bisa Anda buat seperti penjepit yang terbuat dari bambu. Atau Anda bisa membuat dengan bentuk apapun yang penting bisa untuk menyuapkan kroto ke paruh burung anakan. Kroto yang akan Anda berikan, perlu ditetes air sedikit sehingga memudahkan burung anakan untuk menelannya.
Untuk burung-burung di atas usia 7 hari, Anda juga bisa memberikan kroto yang dicampur dengan adonan voer. Untuk memastikan kecukupan vitamin dan mineral anakan burung, Anda perlu menambahkan BirdVit ke dalamnya.
Anakan burung pada usia 15 hari ke atas, Anda sudah bisa mulai memberikan jangkrik kecil yang dibersihkan kaki-kakiinya, dan dipencet kepalanya. Atau kalau untuk pemberian di masa-masa awal, jangan disertakan kaki dan kepalanya. Lebih baik lagi kalau Anda bisa memberikan jangkrik yang sedang mabung, yakni masih lembut dan berwarna putih.
Ketika anakan burung sudah mulai meloncat-loncat kuat di dalam boks sarang, Anda bisa memindahkannya ke dalam sangkar gantung. Hanya saja perlu diingat, dasar sangkar gantung tetap diberi landasan bahan yang sama dengan bahan pembuat sarang. Tujuannya adalah mencegah kaki burung anakan cedera. Sementara untuk tangkringan harus dibuat bertingkat agar burung juga belajar meloncat antar tangkringan.
Sementara itu untuk manajemen indukan pasca anakan diambil, Anda bisa menyetting pakan untuk indukan seperti pada masa pasca penjodohan. Setelah anakan diambil, biasanya 7-10 hari setelahnya, betina mulai bertelur lagi. Hal ini berulang terus dan akan mengalami perubahan ketika burung mengalami masa mabung. Mabung pada cucak ijo pada umumnya memang tidak sekaligus bulu ambrol dalam rentang hari yang pendek, tetapi nyulam-nyulam.
Dengan model mabung seperti ini, maka tidak mengherankan masih ada juga cucak ijo yang tetap betelur meski bulu mulai jatuh. Namun demikian, ada juga yang berhenti berproduksi seketika. Hal ini memerlukan kecermatan Anda untuk memberikan asupan yang bagus untuk burung penangkaran, sehingga meskipun kondisi fisik terlihat tidak fit, tetapi tetap saja mau berproduksi. Lain masalahnya kalau proses nyulamnya memang tinggi, yakni bulu banyak sekali yang berjatuhan, maka Anda harus bersabar untuk menunggu burung menyelesaikan masa mabung, rekondisi dan siap lagi berproduksi.
(dikutip dr:omkicau.com)
"4 Jangan" dalam memelihara burung lebih dari satu
Banyak penghobi burung yang menanyakan bagaimana hukumnya memelihara burung lebih dari satu agar semua burung terjaga performanya.
1. Jangan menempatkan sesama burung fighter dalam satu rumah. Yang termasuk burung fighter (petarung) murni adalah murai batu, kacer (poci/skoci maupun hitam), sulingan/tledekan, dan decu. Risikonya, salah satu di antarnya akan ngedrop atau malah kedua-duanya ngedrop.
Dengan demikian, kalau terpaksa memelihara burung fighter lebih dari satu, dipisah jauh sampai keduanya sama-sama merasa tidak diserang wilayah teritorialnya.
Hal ini memang kadang tidak berlaku untuk burung-burung fighter yang sama-sama dipelihara sejak keduanya belum dewasa/bunyi. Kalau burung dipelihara sejak masih sama-sama belum memiliki klaim teritory tertentu, keduanya bisa saling bertoleransi dan tidak saling menyerang. Juga misalnya antara indukan dan anak-anak gerenasi penerusnya selama keduanya tidak pernah berpisah dalam waktu lama. Kalau sudah dipisah lama, kalau dipertemukan lagi akan tetap tarung memperebutkan wilayah teritory (wilayah kekuasaan).
2. Jangan menempatkan burung apapun yang masih muda/belum gacor di dekat burung apapun yang sudah gacor. Kalau untuk tujuan pemasteran, burung yang muda dikerodong dan jangan ditempel/gantang berdekatan.
3. Jangan menempatkan burung yang sedang mabung di dekat burung apapun yang gacor. Sama denga poin kedua di atas, kalau untuk tujuan pemasteran, burung yang mabung dikerodong dan jangan ditempel/gantang berdekatan.
4. Jangan memelihara burung-burung “bersuara setan” atau “suara mati” untuk jenis burung lainnya. Termasuk yang dikenal sebagai “suara mati” untuk burung yang lainnya adalah suara aseli cucak hijau, cucak rowo, perkutut dan suara bervolume rendah lainnya. Jika murai atau kacer Anda bersuara lagu aseli cucak hijau atau cucak rowo, maka dia sering dianggap punya suara setan/tidak disukai. Lain misalnya cucakrowo dimaster suara cucak rowo karena itu adalah lagu yang diharapkan. Cucakrowo yang punya lagu kicauan suara lovebird misalnya, ya akan disebut CR dengan “bersuara mati”.
Jadi apa yang disebut “suara setan” adalah suara/lagu yang lazim dianggap jelek di dunia lomba untuk dimikiki burung-burung jenis tertentu lainnya.
Dengan demikian, kalau Anda memelihara burung dalam jumlah lebih dari satu, selama tidak menyalahi “4 jangan” di atas, secara umum tidak masalah. Enjoy saja.
(dikutip dr:omkicau.com)
Waspada dalam membeli burung tangkapan hutan
Memang, kejadian seperti itu tidak hanya sekali dua kali terjadi. Seringkali teman penghobi burung di banyak tempat mengalami hal yang sama.
Karena penasaran, saya pun “mengotopsi” murai batu tersebut. Nah ketahuan, ternyata di dalam tenggorokannya terdapat mata kali yang biasa untuk memancing ikan. Jadi ternyata para pemikat murai batu menggunakan mata kail untuk memancing burung. Tentu tidak semua pemikat menangkap murai batu dengan cara itu. Hanya saja, kita tidak akan bisa dengan mudah mengetahui mana murai batu hasil pancingan dan mana yang ditangkap dengan jaring atau getah pemikat.
Dengan demikian seandainya burung yang kita beli dari pasar kok ketahuan mati setelah dua-tiga hari di rumah, ada baiknya kita otopsi. Apakah ada pancing di dalamnya atau ada kemungkinan lain.
Bertahan lama
Murai batu yang ditangkap dengan pancing, ternyata memang tidak selalu mati dalam waktu yang singkat. Bahkan dia bisa bertahan sampai sebulan dua bulan. Kali pertama kena pancing, dia masih bertahan. Makan lahap dan bahkan juga mau bunyi. Namun ketika terjadi infeksi disebabkan adanya pancing di dalam tubuhnya, burung mulai terlihat sakit dan tidak lama kemudian mati.
Dalam kaitan itu saya sarankan kalau Anda membeli burung, belilah di pedagang yang sudah kita kenal dan mintalah jaminan bahwa burung itu bukan hasil pancingan. Bisa jadi si pedagang mengatakan tidak tahu apakah murai batu yang dia jual hasil pancingan atau jaring, namun karena pengalaman dan punya jaringan pemasok burung-burung tangkapan hutan, dia hanya berlagak tidak tahu.
Dengan demikian, kalau pedagang tidak mau memberikan jaminan bahwa seandainya burung mati kemudian dibuka pasti tidak ada pancingnya, ya sebaiknya tidak perlu membeli darinya.
Jangan terburu nafsu dalam membeli burung. Apalagi kalau Anda belum berpengalaman bergaul dengan para pedagang burung di pasar. Tetap waspada.
Sekali lagi saya tekankan, burung hasil tangkapan dengan pancing tidak bisa dibedakan dengan burung hasil tangkapan menggunakan jaring secara jelas.
Untuk itulah saya tetap menganjurkan penghobi burung membeli burung hasil tangkaran, entah dari tangkaran mana saja. Harganya memang lebih mahal tetapi selain mudah perawatannya, juga mudah gacor. Tidak bikin stres juga tidak menambah-nambah kerusakan alam.(dikutip dr:omkicau.com)
Pencegahan dan pengobatan tuntas kutu pada burung
Sebenarnya banyak tips yang sudah ditulis oleh penghobi burung di berbagai media. Di sini saya hanya akan menggaris bawahi dan menekankan perlunya pencegahan, yang naga-naganya kurang diperhatikan.
Di antara penghobi burung ada yang menyarankan digunakan zat non-kimia, ada yang menyarankan pakai obat (kimia) merek tertentu untuk pengobatan. Masalah pengobatan memang perlu dibahas, tetapi pertama-tama yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana mencegah agar burung tidak kutuan, disambung dengan masalah pengobatan.
A. Pencegahan:
1. Pastikan bahwa semua burung yang Anda miliki bebas kutu. Kalau membeli burung baru, pastikan semprot dengan larutan anti-kutu sebelum dicampur/dekatkan dengan burung lain. Terlebih lagi, jangan langsung dimasukkan ke karamba umum (karamba yang dipakai bareng bergantian dengan burung lainnya di rumah Anda). Kalau memang kutuan, air bekas mandi burung tersebut pasti meninggalkan telor/kutu yang bisa menular ke burung lain yang juga dimandikan di karamba tersebut belakangan.
Kalau perlu sediakan karamba khusus burung baru dan yang bisa dipinjam teman ketika teman tersebut main ke rumah Anda untuk sekadar ngetrek bareng.
Kalau memang tidak ada atau hanya tersedia satu, maka bersihkan sebersih mungkin dan semprot karamba yang habis digunakan oleh burung teman/burung baru itu dengan obat anti kutu.
2. Sama dengan masalah karamba, juga masalah kerodong. Jangan saling tukar kerodong dengan kerodong “burung asing”. Kalau dapat kerodong dari teman, pastikan juga dicuci bersih dan diobat anti kutu.
3. Jangan minta voer/kroto/buah dll langsung dari wadah pakan burung milik teman/orang lain.
Seringkali kita membawa burung dan kebetulan voer-nya tumpah, dan biasanya kita minta barang sedikit ke teman dan langsung diambil-bagi dari wadah pakan burung teman kita. Ini juga potensial menjadi media penularan kutu (telor kutu), apalagi kalau wadah voer milik teman jarang dicuci/dibersihkan dan hanya main “tiup dan ganti voer”.
Singkat kata, hindari semua benda yang potensial membawa kutu dan telornya dari luar ke burung Anda.
4. Rutin cuci kandang, tiap hari sekali atau sepekan sekali ketika burung Anda dimandikan di karamba. Untuk burung yang non-karamba, ya usahakan sedemikian rupa sehingga selalu bersih dan bebas kutu. Cuci dengan sabun antiseptik atau juga semprot berkala dengan antikutu.
5. Jemur. Penjemuran, selain bermanfaat untuk burung, juga bisa meminimalisasi pengembangbiakkan jamur dan kutu di luar tubuh burung.
6. Hindari kondisi lembab untuk lingkungan burung. Dalam hal sangkar misalnya, kalau dalam kondisi basah jangan langsung dimasukkan ke rumah. Keringkan, dan kalau perlu Anda punya hairdryer khusus sangkar/ peralatan untuk burung. Hairdryer akan sangat bermafaat kalau kita tidak sempat menunggu keringnya sangkar secara alamiah (sinar matahari) padahal pada saat yang sama sangkar (dan burungnya) harus segera masuk rumah.
7. Lakukan penyemprotan rutin dengan obat kutu atau antiseptik ke benda-benda yang berhubungan dengan burung dan juga lantai jemurnya (kalau sering meletakkan burung di lantai) dsb.
B. Pengobatan:
1. Sebelum melakukan pengobatan, pastikan burung dalam kondisi sehat secara umum. Jangan melakukan pengobatan anti-kutu ketika burung sakit pilek dsb karena pada saat itu daya tahan burung sedang lemah. Dalam kondisi ini, kalau burung diterpa obat anti kutu dia akan mudah ngedrop karena obat tersebut minimal mengandung insektisida jenis tertentu yang bisa “memabukkan” burung.
2. Memilih obat.
Obat kutu ada dua. Kimiawi dan non-kimiawi.
a. Kimiawi adalah obat-obatan yang dijual secara umum dengan nama/merek yang berbeda-beda. Bentuknya juga macam-macam. Ada yang cair, serbuk juga pasta.
b. Obat yang non-kimiawi ada bermacam-macam, antara lain air rebusan daun sirih, air bekas cucian beras, air rebusan buah jambe (jarang dan sulit ditemukan) dll.
3. Penggunaan
a. Untuk penggunaan obat kimiawi, baca aturan pakai yang tertera dalam kemasan dan ikuti secara disiplin. Jangan bereksperimen untuk menambah atau mengurangi dosis yang ditentukan kecuali Anda sudah memiliki pengalaman sebelumnya atau pernah mendapat informasi dari sumber/teman yang bisa dipercaya dan pernah mengaplikasikannya.
Perhatian: Untuk obat kimiawi, gunakan sebagaimana peruntukannya. Jangan gunakan obat kutu untuk anjing misalnya pada burung. Antikutu untuk hewan besar sangat beda konsentrasi zat beracunnya dibanding untuk burung. Kalaupun Anda akan mengurangi dosisnya dengan cara kira-kira, maka akan berisiko tetap kebanyakan (bisa menyebabkan burung kelenger…) atau kurang (bisa menyebabkan pengobatan tidak efektif dan juga membuat kutu resisten/kebal sehingga semakin sulit dibasmi).
b. Untuk pengobatan secara non-kimiawi:
i. Air daun sirih: rebus 7-10 helai daun sirih dengan air sebanyak 1 liter (4 gelas ukuran normal). Setelah direbus sampai air berwarna hijau gelap (1 liter) diangkat dan didinginkan Air itu bisa disemprotkan ke burung secara merata dan usahakan benar-benar bisa masuk sampai ke bulub terdalam. Paling aman, burung dipegang dan dimandikan secara langsung di tangan sehingga air sirih merata membasahi bulu tanpa banyak mengenai mata burung (kalaupun kena juga nggak apa-apa asal tidak keterpa terus-menerus). Setelah dimandikan air sirih, jangan dibilas dulu sampai sekitar 1-2 jam (agar kutu dan telornya benar-benar “tahu rasa deh” hehehe).
ii. Untuk air bekas cucian beras, gunakan sama dengan cara untuk air rebusan daun sirih. Sebenarnya, air cucian beras tidak bersifat racun tetapi bisa menembus lapisan lilin pada bulu burung. Artinya, dia hanya bersifat “merontokkan” /melepaskan “pegangan” telor dan kutu pada bulu burung. Dengan demikian, penggunaan air cucian beras harus dibarengi dengan upaya melepaskan kutu secara manual dari bulu (dengan cara ditekan dan seret bulu burung). Artinya, penggunaan air cucian beras bisa dikombinasikan dengan penggunaan air sirih sehingga pembasmian kutu benar-benar efektif.
C. Pembasmian parasit burung secara menyeluruh
Sebenarnya yang disebut “kutu” adalah mengacu pada berbagai artropoda berukuran kecil hingga sangat kecil (wikipedia.com). Nama ini dipakai untuk sejumlah krustasea air kecil (seperti kutu air), serangga (seperti kutu kepala dan kutu daun), serta — secara salah kaprah — berbagai anggota Acarina (tungau dan caplak, yang berkerabat lebih dekat dengan laba-laba daripada serangga). Semua disebut “kutu” karena ukurannya yang kecil. Dengan demikian, pengertian awam istilah ini tidak memiliki arti taksonomi.
Dalam arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) dan louse (kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yangn semuanya adalah parasit). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo Hemiptera) dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Untuk menjelaskan, diberi keterangan di belakang kata “kutu”. Para biologiwan berusaha mendayagunakan kata tuma bagi kelompok Phtiraptera, walaupun menyadari terdapat kesulitan dalam penerapannya.
Berkaitan dengan aneka jenis serangga yang sebenarnya juga menjadi pengganggu burung, seperti caplak dan gurem (kremi) sebagai bentuk serangga yang lebih suka merayap dan bersifat parasit, sebaiknya kita memilih antikutu yang bisa mengatasi berbagai gangguan tersebut.
Saat ini telah diproduksi anti-kutu yang aman untuk burung tetapi manjur untuk membasmi bergagai jenis kutu, termasuk juga semut, parasit lain serta jamur (fungi) dan juga bisa digunakan sebagai antiseptik. Antikutu tersebut adalah FreshAves. Sesuai namanya, FreshAves ditujukan untuk membuat burung fresh atau segar karena terbebas dari semua jenis serangga pengganggu seperti kutu burung, caplak, tungau, gurem, semut dan parasit pengganggu lainnya.
FreshAves mengandung permethrine dan piperonyl butoxide. Permethrine dikenal sebagai pestisida yang aman yang sudah diujikan untuk penyemprotan nyamuk demam berdarah di berbagai wilayah di Indonesia. Berdasar ujicoba tersebut, permethrine terbukti mempunyai aktivitas insektisidal yang sangat tinggi baik untuk lalat, nyamuk, kutu dan insekta pengganggu yang lain, baik terhadap kecepatan kerja maupun efek residualnya. Dan yang lebih penting lagi, aman untuk hewan peliharaan dan manusia.
Sedangkan piperonyl butoxide merupakan sinergis dari permethrine, yakni berfungsi meningkatkan daya racun. Perlu diketahui, (zat) sinergis dalam insektisida bisa jadi tidak beracun tetapi bisa meningkatkan daya bunuh terhadap obyek. Contoh sinergis ini, selain piperonyl butoxide adalah sesamin (minyak yang berasal dari biji wijen).
Dengan kandungan seperti itu, FreshAvesl sangat tepat untuk digunakan sebagai pembasmi kutu dan segala parasit pengganggu burung Anda.
Jika Anda ingin mengetahui bagaimana mendapatkan FreshAves, Anda bisa mengklik tautan ini.
(dikutip dr:omkicau.com)
Metode “perah” untuk menjernihkan suara burung
Suara serak burung biasanya disebabkan oleh adanya luka yang berlanjut dengan infeksi di kerongkongan. Kalau luka sudah bisa disembuhkan dengan antibiotik, biasanya burung masih serak karena banyak lendir di kerongkongan yang tidak keluar. Seringkali pula burung serak bukan karena adanya luka tetapi karena banyak lendir di kerongkongannya. Dalam hal ini, burung tetap terlihat segar bugar ditandai dengan makan lahap dan gerak lincah, tetapi suara serak, atau bahkan kadang terlihat megap-megap. Jika hal itu yang terjadi, kemungkinan besar kerongkongan burung Anda memang dipenuhi lendir ataupun ada sisa makanan menutup lubang hidung.
Coba lakukan langkah berikut:
- Periksa lubang hidung burung. Banyak di antara kita tidak menyadari bahwa ternyata lubang hidung burung kita tertutup kotoran, bisa berupa lendir yang mengering ataupun sisa makanan yang mengering (terutama pakan yang semula lembek seperti bubur sun untuk pakan burung srindit, atau juga buah pisang atau pepaya). Jika memang ada bagian yang tertutup, maka burung perlu segera dipegang dan Anda bersihkan lubang hidungnya. Lubang hidung yang tertutup menyebabkan suara burung tidak bisa los (banyak kosongnya) dan juga burung sering terlihat megap2 ataupun sekedar banyak membuka paruh.
- Jika lubang hidung tidak tersumbat, maka burung Anda perlu “diperah”. Perah di sini diambil dari nama daun jenis tumbuhan perdu yang bernama “perah” (atau sering disebut “lateng putih”). Tumbuhan ini banyak dijumpai di halaman rumah ataupun di kebun-kebun/tegalan/ sawah. Daun ini biasanya untuk “memerah” merpati ataupun burung perkutut agar kerongkongannya terbebas dari lendir. Untuk memerah, ambil 5-7 daun perah, bersihkan, keringkan, dan kemudian dilumat-lumat agar lembek (jangan sampai hancur). Setelah dilumat2, tetesi 4-5 tetes air bersih. Lumat2 lagi. Maka jika diperas, akan keluar air berwarna hijau, yakni air perasan daun perah. Air ini kemudian diteteskan ke mata burung, masing2 3-4 tetes (Perhatikan cara memegang burung, jangan sampai terlepas tetapi jangan pula sampai tergencet.
- Setelah ditetesi air perah, burung biasanya langsung “kelenger” seperti sekarat dan mulut megap-megap.
Sembari terus dipegang, usahakan paruh burung berada di bawah dan ekor di bagian atas sehingga cairan kental yang mengalir dari mulut burung bisa lancar keluar. Biarkan kondisi ini sampai sekitar 10 menit. Kalau belum ada 10 menit burung sudah membuka mata sambil koar-koar, maka perlu ditetesi lagi 1-2 tetes air perahan daun perah.
Kalau ada lendir yang tidak juga menetes dari paruh burung, bantu untuk dikeluarkan dengan cara diurut2 dengan jari (minta bantuan teman lain untuk melakukan “pemerahan”).
Setelah hal itu berlangsung selama sekitar 10 menit, semprot kemudian kedua mata burung sampai benar-benar bersih. Setelah itu, masukkan burung ke karamba.
Setelah masa pemerahan, biasanya burung terus mengibas2kan kepala/paruh dan mengeluarkan lendir2 yang belum keluar sebelumnya.
Kondisi ini bisa berlangsung selama 2-3 jam (bahkan ada yang sampai 2 hari kemudian masih sering mengibaskan kepala dan mengeluarkan ingus/lendir).
Setelah diperah, maka Anda akan menjumpai suara burung Anda lebih nyaring dan jernih dari sebelumnya.
Metode perah ini sudah saya cobakan untuk MB dan AK. Hasilnya memuaskan.
Untuk burung kecil seperti kenari, saya belum mencobakan karena belum ada yang bisa digunakan untuk eksperimen. (Kalau ada yang mencoba, takaran tetesnya hanya perlu 1-2 tetes).
UNTUK MELIHAT GAMBAR DAUN PERAH ATAU YANG BIASA DISEBUT ANTING-ANTING, BISA DILIHAT PADA ARTIKEL BERJUDUL ANTING-ANTING (klik saja).
PERHATIAN:
- Begitu burung ditetesi dengan perasan daun perah, jangan sekali-sekali dilepaskan ke kandang. Sebab, saat itu biasanya lendir langsung mengalir. Kalau posisi burung tidak menungging, lendir berisiko menutupi lubang pernafasan dan bisa mernyebabkan burung wassalam.
- Begitu ditetesi, Anda jangan kaget kalau burung Anda langsung lemas tak berkutik seperti burung yang sedang dijemput ajal dan hanya paruhnya membuka lebar dengan nafas tersengal2.
- Setelah terapi ini, burung jangan sampai terkena sinar matahari secara langsung selama sehari.
- Perahan daun perah jangan sampai mengenai mata Anda kecuali Anda akan mengalami rasa pedih yang luar biasa di kelopak mata.
Melatih burung makan buah dan voer
Kalau itu kepodang tangkapan hutan, saya yakin dia mau makan pisang atau kates/pepaya. Kalau peliharaan sudah lama dan terbiasa hanya diberi ulat dan jangkrik, ya perlu dilatih lagi makan buah. Caranya, ya jangkrik atau ulat dikasihkan/ditekan ke buah pisang atau pepaya. Dalam tiga hari kemudian besar kemungkinan tanpa diberi jangkrik pun, kepodang akan mematuk dan makan buahnya.
Kalau sudah mau makan buah, barulah dilatih makan voer.
Sementara itu untuk melatih burung bukan pemakan buah agar mau makan voer, bisa menggunakan kroto yang dicampur voer dengan perbandingan 1-1. Semakin lama, porsi kroto dikurangi sampai akhirnya burung mau makan voer.
(dikutip dr:omkicau.com)
Berbagai model tangkringan dan fungsinya
Tangkringan dan sangkar burung memiliki beragam bentuk. Semua itu dibuat sesuai tujuan dan jenis burungnya.
Berikut ini beberapa gambar sangkar dan tangkringan di dalamnya, serta apa manfaatnya:
Gambar A adalah sangkar bulat dengan diameter beragam, mulai 40 sampai dengan 60 cm atau lebih. Tangkringan model itu digunakan untuk burung berekor panjang (murai batu misalnya), dengan tujuan agar ekor MB tidak rusak ketika MB tidur. MB tidur biasanya mencari tangkringan tertinggi dan mepet di ujung tangkringan. Dengan tangkringan model itu, maka ekor burung tidak menempel sangkar.
Sama fungsinya dengan Gambar A adalah sangkar Gambar C. Hanya saja ini menggunakan tangkringan model “T”. Kalau Gambar A, tangkringan bagian atas dihubungkan ke sangkar/kerangka sangkar dengan kawat (biasanya kuningan agar tidak mudah berkarat).
Sedangkan sangkar Gambar B menggunakan tangkringan model susun silang. Tangkringan ini berisiko merusakkan ekor burung ketika tidur. Tangkringan model ini biasanya digunakan untuk MB yang kalau sedang tarung bergaya geser kanan-kiri tubuh. Kalau MB model tarung seperti itu diberi tangkringan model T, dia akan banyak naik turun dari tangkringan kepala “T” ke tangkringan panjang (tempat dudukan tangkringan “T”).
Sangkar Gambar D digunakan untuk sangkar harian burung2 kcil seperti kenari ciblek dan lain-lain. Tetapi tangkringan model ini tidak disarankan karena ekor burung mudah rusak.
Sangkar Gambar E biasanya untuk kenari, kacer dan sebagainya. Tangkringan model ini ditujukan untuk burung yang berdasar gayanya sering bermain naik-turun dari satu tangkringan bawah ke tangkringan atas dan sebaliknya.
Gambar sangkar F dan G juga mempunyai fungsi yang hampir sama dengan sangkar Gambar E.
Sedangkan sangkar Gambar H mempunyai fungsi yang sama dengan sangkar Gambar A yakni agar ekor burung tidak rusak karena menempel jeruji sangkar. Ini biasanya digunakan untuk tangkringan Anis Merah atau Anis Kembang. Sedangkan sangkar Gambar I biasanya untuk pentet, kenari, atau sulingan yang suka nangkring di tempat sempit. Tetapi tangkringan model ini tidak dianjurkan untuk digunakan.
Masih banyak lagi model sangkar dan tangkringannya, tetapi sementara saya sampaikan itu dulu yakni model tangkringan yang umumnya dipakai para penghobi burung.
Tentu ini lain dengan model tangkringan burung paruh bengkok/LB yang biasanya juga diberi main-mainan dll.(dikutip dr:omkicau.com)
Agar burung tidak lepas
1. Perhatikan cantelan sangkar. Periksa apakah mur/bautnya benar2 sudah kencang. Selalu cek, setiap hari sebab kadang kalau mur/baut kendor, maka ketika ketiup angin, sangkar bergerak-gerak, goyang, memutar, maka sangkar bisa lepas dari cantelannya. . . . Blam. . . burung lepas. . . . .
2. Perhatikan pula gantungan pada gantangan yang kita pakai. Kalau menggunakan paku, apa benar pakunya nancap kencang; tidak karatan; tidak aus. Perhatikan dudukan gantungan; kalau kayu, bambu dan sebagainya, apa tidak lapuk; tidak keropos dsb. 3. Usahan menggantungkan sangkar dengan menyantelkannya pakai tangan langsung; kalau tinggi pakai alat bantu kursi yang kokoh berdiri. Kalau terpaksa pakai tongkat yang berpaku/berkawat melengkung maka perhatikan keseimbangan beban sangkar; juga kekuatan sangkar. Jika tidak seimbang berisiko sangkar memutar saat diangkat ke arah gantangan. Jika kerangka sangkar tidak kuat, juga berisiko patah dan sangkar jatuh berdebam. . .
4. Buat pintu sangkar dengan engsel (kebanyakan model gesekan naik turun) yang selicin mungkin. Dengan demikian, meskipun pintu tidak diberi beban (kalau diberi, lebih bagus sebagaimana saran Pak Fortuna), dia akan otomatis geser ke bawah; nutup. Pintu juga perlu diberi kancingan sehingga tidak berisiko terbuka saat kita membuka/mengangkat kerodong. 5. Usahakan penutup sangkar bagian bawah (yang berupa jeruji maupun yang berupa lembaran papan/tripleks/seng) bisa dikancingkan (dan selalu dikancingkan seusai sangkar dibersihkan), sehingga kalau sangkar dalam kondisi miring, penutup tersebut tidak membuka sendiri.
6. Tidak memberi/mengganti makan-minum secara langsung ketika burung masih di sangkar; usahakan burung sudah dimasukkan karamba. Kalau terpaksa, maka lakukan itu di ruang tertutup atau usahakan tangan kiri (kanan) menjaga pintu bagian bawah yang terbuka ketika tangan kanan (kiri) masuk sangkar. Hal ini terutama perlu diperhatkkan untuk sangkar2 model bulat dimana bukaan pintu sampai di dekat dasar sangkar dan sangat rawan diterobos burung.
7. Selain sangkar, perhatikan pula karamba Anda. Apakah pintunya bisa melorot sendiri begitu kita lepaskan atau masih terlalu seret sehingga perlu ditekan. Usahakan bisa licin dan menutup sendiri. 8. Sediakan selalu semprotan yang didalamnya sudah ada cairan sabun/sampho (sebagaimana juga disarankan Mbak Dwi) untuk menyemprot burung yang lepas. Dan sekadar cerita saja: karena pengetahuan ini, saya pernah menangkapkan burung AK-nya Mas Samino, teman penangkar Solo, dua ekor sekaligus (sepasang) dalam waktu yang relatif cepat. Dan berkat itu. . . hehehehehe. . . . saya dapat MB anakan dengan harga diskon besara2an. . . . Cara itu biasanya memang efektif untuk burung yang sudah mapan/jinak.
9. Sediakan juga pulut/getah bendo atau getah nangka (yang bagus getah bendo skarena lengketnya luar biasa tetapi mudah dibersihkan dari bulu burung) seperti disarankan Pak Fortuna. Sediaan pulut, tentu saja sekalian dengan tongkat yang kecil, panjang dan ringan, yang bisa menjangkau ketinggian atap rumah/pepohonan. Caranya, rekatkan pulut ke separuh bagian lidi yang diikatkan di ujung tongkat. Lekatkan jangkrik (tidak mutlak) ke bagian tengah lidi; sorongkan ke arah si burung secara perlahan2 (ini biasanya juga hanya efektif untuk burung yang sudah mapan/jinak).
10. Lebih dari itu, jangan terlalu PD akan kondisi sangkar kita sebelum kita benar2 mengeceknya setiap hari; setiap saat.(dikutip dr:omkicau.com)
AM bunyi dan teler nggak stabil
AM bunyi dan teler tidak stabil biasanya karena:
1. Perawatan yang berubah2, tidak teratur dan tidak konsisten (pakan, EF, mandi, jemur).
Kalau jemur cuma 1 kali seminggu dan bunyi terus, nggak usah dilatih untuk jemur setiap hari. Kalau mandi biasa disemprot dan nggak mau dikaramba, ya nggak usaha sekali2 dikaramba sambil dipaksa2 masuk ke keramba. Kalau diberi makan pakan murahan sudah OK, nggak usah diganti2 pakan lain dengan asumsi “biar lebih bagus”. Orang yang suka opor atau soto saja kadang emoh diberi hotdog, pizza atau kue keju kok, meski konon gizinya lebih tinggi.
Kalau biasanya dengan jangkrik 1 sehari sudah OK, nggak usaha digeber dengan 4-5 jangkrik dengan asumsi biar lebih OK.
Orang burungnya nggak suka repot2 kok kita malah yang lebih repot dengan asumsi “biar lebih bagus”. Kalau Anda merasa memang perlu mengubah menu pakan, pola jemur, mandi dan sebagainya, ya diubah saja secara perlahan dan setelah itu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan serta jangan diubah2 lagi.
Selama masa pengubahan, pasti akan ada perubahan konsistensi dalam bunyi dan perilaku burung. Ya sudah, tunggu saja sampai dia mapan dan bunyi secara stabil.
Berapa lama waktunya? Ya tergantung. Yang jelas, bukan dalam waktu sehari dua hari. Bisa sepakan, bisa sebulan dan sebagainya.
Kita sering menjadi uring2an pelihara burung karena kita sendiri tidak pernah konsisten. Dengar nasihat A, dituruti. Nasihat B dituruti, tapi diubah lagi karena nasihat C dan sebagainya. Nah, kemudian kitab berpikir “wah ini burung kok sulit sekali ya….” Padahal, kenyataannya kita sendiri yang “sulit” dan “nggak berprinsip”.
Seandainya AM bisa ngomong, maka dia akan berkata, “Wah si bos ini gimana sih, orang kok bingungan. Udah enak2 makanan yang kemarin kok disuruh makanan kayak gini……hoeeek…….” Maka, ngambeklah dia.
Hehehehe.
2. Karena masih muda dan kalau diibaratkan manusia anak2, dia belum punya “pegangan” dan belum menemukan “kesenangan”. Celakanya lagi, sudah AMnya muda, belum ada satu setengah tahun misalnya, sudah harus gonta2 makan dan perawatan. Weleh-weleh….
Soal AM nggak seperti MB, ya lain donk. Itulah bedanya burung fighter dan bukan. Sejumlah burung disebut fighter karena sangat peka dengan bunyi2an di sekitarnya apalagi ketemu sesama fighter. Jangankan ketemu burung lain, dengar suara tokek di malam hari, kadang2 MB langsung menyahut dan bernyanyi nggak kalah seru kok.
Nah, AM bukanlah burung fighter, seperti halnya MB, kacer, decu, larwo atau tledekan/sulingan.
Soal bagaimana burung cepat berkicau, ya semuanya melalui proses. Nggak bisa kita beli burung yang bisa instan kita rawat dan langsung OK. Kecuali tentunya, kita beli burung yang sudah jadi, burung kelas latber ataupun burung lapangan.(dikutip dr:omkicau.com)